07 Juli 2009

Rumah kita

Tidak lama setelah ku sadari kau meninggalkan rumah, aku tidak beranjak dari rumah kita ini. meski sekarang keadaannya sangat berbeda, tidak seperti saat kau masih dirumah. Perabotan di ruang tengah mulai ditutupi debu, alat dapur yang biasanya kau gunakan memasak sarapan dan makan malam untuku kini berantakan, kamar tidur mulai lembap sejak tidak lagi kubuka jendelanya. Maafkan aku sayang tidak bisa ku jaga rumah kita ini, aku tidak lagi punya energy untuk merawatnya. Waktu kuhabiskan dengan duduk dikursi beranda dekat anggrek hitam milikmu yang mulai tak terurus, aku hanya duduk ditemani imajinasi dan banyak Tanya tentang kamu, kenapa kau pergi? Kemana kau pergi? Kapan kau akan pulang? Tidakah kau merindukanku dan rumah kita?. Sesekali aku berdiri melihat ke pagar rumah, berharap kau ada disana menungguku membuka pintu pagar. Atau setidaknya ada tukang pos yang membawa surat untuku yang kau kirim dari tempat antah berantah itu. Satu kali kau kirimkan kabar, kau ingin pulang dan lupa jalan pulang. Kau memintaku berdoa semoga bisa cepat pulang kerumah tentu saja aku lakukan, bahkan bila kau mengizinkan aku akan mencari dan membawamu pulang. Apakah kau tahu bagaimana khawatirnya aku padamu? Aku khawatir dalam ketersesatan itu, kau malah menemukan rumah baru. Rumah yang lebih indah dari rumah kita sampai kau lupa dan enggan untuk pulang. Aku merindukanmu, pulanglah sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar