Tampilkan postingan dengan label curhat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label curhat. Tampilkan semua postingan

07 Juli 2009

Ketika kumulai penantian ini

Beberapa waktu lalu, dikamar ini tempat ku diam kini kita berbincang cukup lama. Aku tumpahkan semua rasa dan harap padamu, kau mejawabnya dengan keluh, diam dan atau tangis. Hingga kau menjawab sebuah tanyaku yang mendasar, aku menyimpulkan kau akan pergi lagi dariku. Apakah kau tahu apa yang kurasakan? Tahukah kau betapa hatiku tersayat mendengar jawabmu?. Aku cukup paham dengan sikap dan jawabmu, aku cukup mengerti dengan keputusanmu meski sisi subjektifku menolak semua itu.aku diam saja, mencoba merangkai senyum lagi hanya agar kau melihatku baik-baik saja.
Secangkir kopi hitam masih panas mengepul menggodaku untuk menikmatinya, entah ini cangkir keberapa yang kuhirup sejak kau pergi meninggalkanku. Akhirnya kau pergi lagi, aku khawatir kepergianmu kali ini akan lama dan mungkin tidak pernah kembali. Kau pergi meninggalkan sayatan di hatiku dan sedikit aroma tubuhmu yang tertinggal di pakaian saat kau memeluku. Aku katakan padamu, kalaupun kau akan pergi dan tidak ingin meyakinkanku suatu hari kau akan pulang, biarlah sang waktu yang memberikan jawabnya, yang pasti kau tidak usah khawatir kalau suatu saat kau ingin pulang aku akan ada disini menunggumu.
Semoga saja Cinta dan sayang yang kumiliki untukmu bisa jadi energy yang cukup untuk menjalani penantian ini.

Rumah kita

Tidak lama setelah ku sadari kau meninggalkan rumah, aku tidak beranjak dari rumah kita ini. meski sekarang keadaannya sangat berbeda, tidak seperti saat kau masih dirumah. Perabotan di ruang tengah mulai ditutupi debu, alat dapur yang biasanya kau gunakan memasak sarapan dan makan malam untuku kini berantakan, kamar tidur mulai lembap sejak tidak lagi kubuka jendelanya. Maafkan aku sayang tidak bisa ku jaga rumah kita ini, aku tidak lagi punya energy untuk merawatnya. Waktu kuhabiskan dengan duduk dikursi beranda dekat anggrek hitam milikmu yang mulai tak terurus, aku hanya duduk ditemani imajinasi dan banyak Tanya tentang kamu, kenapa kau pergi? Kemana kau pergi? Kapan kau akan pulang? Tidakah kau merindukanku dan rumah kita?. Sesekali aku berdiri melihat ke pagar rumah, berharap kau ada disana menungguku membuka pintu pagar. Atau setidaknya ada tukang pos yang membawa surat untuku yang kau kirim dari tempat antah berantah itu. Satu kali kau kirimkan kabar, kau ingin pulang dan lupa jalan pulang. Kau memintaku berdoa semoga bisa cepat pulang kerumah tentu saja aku lakukan, bahkan bila kau mengizinkan aku akan mencari dan membawamu pulang. Apakah kau tahu bagaimana khawatirnya aku padamu? Aku khawatir dalam ketersesatan itu, kau malah menemukan rumah baru. Rumah yang lebih indah dari rumah kita sampai kau lupa dan enggan untuk pulang. Aku merindukanmu, pulanglah sayang.