03 Desember 2011
satu tahun lalu
tepi sepi 3 desember 2011
31 Januari 2011
menyapamu
Di tepi rindu….
03 Maret 2010
tentang hari ini
22 Februari 2010
saat semuanya kurasakan begitu hampa. 22 februari 2010 masih di tepi sepi
30 Juli 2009
Tidak mengapa aku bersedih?
Tepi sepi 04.44 / 29 juli 2009
Cerita menuju pagi
Tepi sepi 04.29 / 29 juli 2009 saat kusadari hanya sepi yang bertahan disini
Aku masih disini
Tepi sepi 1.52 / 29 juli 2009 saat kurasakan kebisuan cantik malam dan sepi.
Yang kucoba fahami
Tepi sepi 05.33 / 24 juli 2009 saat pagi tiba namun kumerindukan senja
24 Juli 2009
Diujung cerita
Tepi sepi 18.11 / 23 juli 2009 saat drama senja menari genit menghiburku
Bahagia mendengarmu bahagia
Tepi sepi 02.51 / 23 juli 2009 saat keremangan terasa lebih sendu
Membangun menara dengan puing yang tersisa
Tepi sepi 02.38 / 23 juli 2009 saat semuanya terasa lebih bersahaja.
22 Juli 2009
Hai senja
Dream house 22.49 / 21 juli 2009 saat kurasakan energy besar hadir dalam hidupku
Apa yang harus kulakukan?
Dream house 13.18 / 20 juli 2009 saat gelisah dan getir memasungku dalam diam
Drama siang diantara sepi, gelisah dan getir
Dreamhouse 13.19 / 20 juli 2009 saat kurasakan merindukanmu adalah pedih
19 Juli 2009
Apa kabarmu?
Dreamhouse, 01.28 / 19 Juli 2009 saat kuinginkan malam lebih cepat berlalu
Di akhir pekan yang cerah
Selamat menikmati akhir pekanmu senja
Dream house, 13.39 / 18 Juli 2009 saat kuyakin berdamai dengan kenyataan bukan berati menyerah pada keadaan.
Dalam sepi malam
Tepi sepi, 23.21 / 17 juli 2009 ketika kurasakan merindukanmu adalah indah
Aku berharap
Antara getir dan gelisah ini 22.06 / 17 juli 2009
Senja kali ini
Tidak banyak waktu yang kumiliki kini, duduk sendiri di tepi sep antara hamparan tanda Tanya. Sudah cukup lama kurasa tidak menikmati senja yang indah seperti yang kusaksikan kini, warna kuning keemasan menggantung dilangit yang mulai kelam membiaskan cahaya dari matahari yang bulat sempurna. Akh… seandainya saja kau disini bersamaku, tentu warna keemasan dan biasaan merah itu akan menyepuh wajahmu lebih indah dalam temaram senja, meski kutahu tanpa semua warna senja itupun kau tetap yang terindah untuku. Kuyakinkan diriku akan ada senja lebih indah yang bisa kunikmati bersamamu, semoga secepatnya.
Aku masih berusaha
Sejak kuberanjak dari persimpangan jalan itu, memilih menyusuri jalan ini Terus kucoba langkahkan kaki ini meski cukup berat kurasa, tidak ada satu langkahpun yang kuanggap ringan, tentu saja setelah ku merasa sendirian tanpamu. Dalam setiap langkah itu, aku hanya menunduk mencoba tidak melihat, mendengar ataupun merasakan apapun yang mungkin terlihat, terdengar atau terasa. Aku lakukan semuanya hanya karena ku tak mau bertemu putus asa. Aku masih berusaha untuk menerima segala sepi ini, aku masih berusaha menerima segala warna ini, aku masih berusaha untuk menikmati segala getir ini dan aku masih berusaha untuk menjawab semua Tanya, dengan ataupun tanpamu bersamaku.
Meja kerja 15.34 / 14 Juli 2009 saat ingin kucium lagi aroma tubuhmu
14 Juli 2009
‘harus berpikir ulang
Meja kerja 19.07 / 14 Juli 2009 ketika kurasa cukup sepi untuk berdialog dengan diri sendiri
13 Juli 2009
aku akan cukup senang melihatmu bahagia
Meja kerja 09.36 / 12 Juli 2009 saat ku yakin semuanya akan indah pada waktunya
Pagi yang kurasa berat
selesai berbincang denganmu di telfon aku mencoba untuk tidak terlalu terjebak dalam pikiran sendiri, aku coba kuasai keadaan dan meyakinkan diriku semua baik-baik saja, aku sibukan diri lagi dalam setumpuk pekerjaan. aku bangun lebih awal meski aku tidur sangat larut tadi malam, cerah dan segala warna akhir pecan tidak begitu menarik hari ini. aku hanya ingin terdiam saja tanpa berpikir dan bertindak apapun untuk beberapa saat sebelum aku pergi bekerja, aku ingin resapi semua rasa yang tidak menentu ini dan membiarkan jiwa ini memilih akan mengalir kemana hari ini. cukup lelah kurasakan ada dalam keadaan ini, keadaan sulit yang menuntutku meluangkan banyak waktu dan energy untuk memikirkan kamu. Terus kuyakinkan diriku sendiri segala nilai positif atas segala keadaan ini, sedikit demi sedikit bisa aku tanamkan semangat, setidaknya untuk hari ini. Apapun yang terjadi, sesuai atau tidak dengan harapan yang kubangun selama ini aku akan tetap dipaksa untuk berdiri dan melanjutkan langkah ini. Aku masih ingin wujudkan semua impian dan imajinasiku tentang hidup, aku masih ingin berbuat banyak hal dalam hidup dan aku tidak ingin menyerah sekarang. Semoga saja sang waktu segera menjawab semua Tanya, membiarkan kehidupan menemukan jalannya. Aku percaya dan yakin kau akan kembali padaku membawa satu kepingan terakhir yang mampu membuatku merasa hidup kembali.
Satu pagi di akhir pecan saat aku begitu merindukanmu senja.
11 Juli 2009
Sudah cukup malam
Maaf… malam ini aku tidak menuliskan apapun yang biasanya kuanggap menarik, karena hari yang kulalui tidak begitu menarik. Kalau merindukanmu, gelisah, menunggu senja, getir tentu saja sudah biasa kulalui setiap hari seperti hari ini.
Meja kerja 23.15/ 10 juli 2009
Dalam penantian ini
Sudah mulai terbiasa kurasakan waktu berjalan lebih lamban dari biasanya, sudah mulai terbiasa kulihat semua warna adalah kelabu, sudah mulai terbiasa kumendengar suara nafas sendiri dalam sepi, bahkan semuanya bisa kujalani dengan senyuman yang lambat laun tidak tampak ironis lagi. Aku tulus menjalani semua ini, aku ,menikmati setiap getir dan gelisah dalam penantian ini karena ku memiliki energy besar bernama harapan, sebuah harapan kau akan datang untuku. Apakah boleh aku merasa khawatir? Khawatir kau tidak pernah datang lagi untuku, khawatir kau tidak lagi mengingatku yang menunggu ini dan khawatir kau justru membiarkan aku menunggu sementara kau tahu dan yakin kau tidak akan pernah datang lagi untuku. Berilah kabar atau isyarat padaku, apapun jawabannya. Setidaknya dengan kabar dan isyarat itu aku bisa tahu apa yang harus aku lakukan.
10 juli 2009 ketika aku merasa dimusuhi imajinasi.
10 Juli 2009
Aku berpikir untuk tidak berpikir….
Tidak kurasa nyaman dan menyenangkan malam ini, semuanya kurasa serba salah dan mengesalkan. Aku jenuh bila bertemu dengan rasa seperti ini, rasa ketika kau bertanya tentang banyak hal. Bahkan bila orang mengatakan hal-hal yang paling indah bisa kita lihat saat kita memejamkan mata, untuk malam ini aku katakan salah, setidaknya setelah ku coba memejamkan mata berharap melihat hal-hal indah yang kudapatkan adalah pemandangan ironis berupa hamparan tanda Tanya. Bukankan dalam hidupku sudah terlampau banyak tanda Tanya yang mesti dijawab, yang terkadang membuatku harus ektra hati-hati menjawabnya, karena salah jawab bisa membuatku hilang kewarasan. Aku lelah dihadapkan pada banyak tanda Tanya itu, bisakah kunikmati hari tanpa tanda Tanya yang terlalu banyak itu? Apakah aku berhak meminta beberapa jawaban atas banyak tanda Tanya itu? Akan Ku coba bertanya pada senja…
Senja, apakah kau percaya aku masih menunggumu?, senja, apakah kau bisa meyakinkanku kau akan datang?, senja, apakah kau merasa senang aku tunggu?, senja, apakah penantian ini membuatmu tidak nyaman?, senja, apakah kau tahu bagaimana rasanya penantian ini? senja, apakah kau masih ingin kutunggu?
09 Juli 2009 ketika gelisah menyeretku menjelajahi Malam tanpa bintang
Saat gerak sang waktu terasa melambat
Seminggu ini kuhabiskan sebagian besar waktu yang kumiliki untuk bekerja saja, aku coba sibukan diri dan berusaha menyelesaikan semua tanggung jawab sebagai pekerja, meski di sisi lain aku lakukan semua ini untuk meredam emosi, rasa sepi yang kurasakan setelah kau pergi. Ya… aku tidak pernah menyangka kepergianmu akan kurasa berat seperti ini. kini aku tidak suka waktu senggang, aku benci dengan tanggal merah dan tidak ada aktifitas, aku ingin semua waktu yang ada kuisi dengan apapun asal jangan diam. Karena dengan diam berarti aku terus menerus menyakiti diri sendiri. Dalam diam itu segala pikiran, imajinasi dan emosi seakan menekanku atas keadaan ini, sebuah keadaan ketika aku merasa tidak berarti dan serba salah. Lebih ku benci lagi, saat tertekan oleh semua itu adalah waktu kurasa bergerak seakan lamban memberikan banyak waktu untuku merasa tertekan dan semakin tertekan lagi.
Dimanapun, saat kuberharap malam cepat usai dan siang segera berakhir.
Saat pulang kerja
Jam dinding di ruangan kerja menunjukan pukul 17.15 sudah saatnya meninggalkan semua pekerjaan untuk hari ini. yang harus dilakukan hanyalah membereskan dokumen yang berserakan diatas meja, memutuskan jaringan internet, matikan laptop, berkemas dan tinggalkan kantor. Lantas, setelah pulang kerja harus kemana aku melangkah? Apa yang akan aku lakukan? Apakah harus seperti biasanya saja, aku pulang ke rumah dengan perjalanan yang mebosankan dengan macet, emosi melihat kesemerautan, berfantasi tentang kamu dan ketika sampai dirumah aku semakin tenggelam dalam drama senja ditepi sepi? Aku benci situasi itu, aku benci ketika tak bisa mengendalikan emosi menyeretku ke lorong imajinasi tentang kamu. Entahlah apa yang akan kulakukan sore ini, mungkin lebih baik aku duduk saja disini mencoba membahagiakan diri bertemu dengan banyak orang di dunia maya, meski aku faham betul di dunia maya setiap senyum, kagum dan senang hanya bisa kutunjukan dengan karakter-karakter virtual saja. Setidaknya disini aku tidak begitu terbunuh memikirkan kamu, senja.
Ruangan kerja 06 Juni 2009 saat senja datang membawa sepi dan gelisah
Semua masih baik-baik saja
Terlampau banyak salah yang pernah kuperbuat padamu, terlampau sering ku membuatmu sakit dan tidak nyaman. Setiap salah itu selama ini tertutup rapat oleh arogansi dan sikap egoisku dan setelah kau pergi lambat laun mulai terbuka. Setelah kau pergi aku merasa tidak nyaman dengan diriku sendiri, merasa serba salah atas segala yang aku kerjakan dan kusadari ternyata kau begitu berpengaruh dalam hidupku selama ini. terlambat kusadari semua itu, kini kau telah pergi. Inilah saat ketika kumulai lagi perjalan hidup yang sempat terhenti, saat kusadari sepi dan sendiri dalam perjalanan itu. Kuseret langkah ini menapaki jalan yang entah akan berujung dimana, biarlah langkah-langkah kecil ini bertumpu pada harapan didepan
Dreamhouse 04.13 05 Juli 2009
Disebuah dunia kecil
Semoga kau masih ingat cerita-ceritaku tentang sebuah dunia yang aku cintai, sebuah dunia dimana aku merasa nyaman, merasa hidup, merasa berarti dan merasa menjadi orang paling beruntung bisa menikmati, nama dunia itu malam. Dengan sepi, sunyi, gelap dan dinginnya aku bisa menjadi apapun yang aku inginkan, bahkan dalam gelap malam aku bisa bersembunyi dari apapun yang aku takuti dan aku khawatirkan. Setiap malam selalu terasa pendek untuku yang menikmatinya. Kini, Semenjak kau pergi, malam tidak lagi aku cintai seperti dulu. Dalam sepi dan sunyinya aku tersiksa oleh gelisah, dalam gelapnya aku khawatir akan esok atau lusa bahkan selamanya. Ingin rasanya malam cepat berlalu, seperti dulu aku selalu berharap terang siang hanya sebentar.
Malam yang kulalui kini, kukabiskan untuk bercengkaram dengan imajinasi, menerawang ke sebuah dunia ironi dimana kubisa memutar balikan kenyataan. Apa yang aku inginkan, apa yang aku harapkan bisa kulihat hanya dengan memejamkan mata. Entah sudah berapa ribu versi cerita tentang kenyataan yang berhasil kuciptakan, semakin lama ku mengulangi itu semakin jelas ku bisa melihat semua cerita itu. Aku khawatir menjadi terbiasa dengan semua ini, menikmati semua cerita yang kukarang hingga aku lupa untuk kembali menikmati dunia nyata dengan segala warna dan rasanya.
Kutunjuk satu bintang saat kumerindukanmu
Malam ini langitnya cerah dan aku sudah menunjuk satu bintang yang paling bersinar.
Selesai kuketik kata-kata itu yang kulakukan hanya memandangi layar ponsel dan berpikir kembali haruskah kukirim pesan singkat ini padamu?. Kalau ikuti kata hati Ingin rasanya kukirimkan pesan singkat itu padamu, tapi aku tidak yakin kau akan menerimanya dengan perasaan suka atau nyaman. Aku khawatir pesan singkat yang ingin kukirim itu merusak malam yang mungkin indah bagimu. Akhirnya pilihanku adalah tak akan mengirimkanya, aku hapus kembali kata-kata itu. Biarlah… kunikmati sendiri segala yang kulihat dan kurasa ini dan semoga kau mendapatkan indahnya di setiap malam yang kau lalui. Aku tahu kau menyukai bintang-bintang itu dan Entah kau berada dimana saat kupandangi bintang, bulan yang bercahaya bersanding dengan gelap malam ini. Tapi dimanapun kau berada , seperti yang pernah kukatakan saat aku merindukanmu akan kutunjuk satu bintang yang paling bersinar, karena aku yakin orang yang kurindukan akan menunjuk bintang yang sama.
Halaman rumah, saat waktu menunjukan pukul 01.40/ 5 Juli 2009
07 Juli 2009
Ketika kumulai penantian ini
Secangkir kopi hitam masih panas mengepul menggodaku untuk menikmatinya, entah ini cangkir keberapa yang kuhirup sejak kau pergi meninggalkanku. Akhirnya kau pergi lagi, aku khawatir kepergianmu kali ini akan lama dan mungkin tidak pernah kembali. Kau pergi meninggalkan sayatan di hatiku dan sedikit aroma tubuhmu yang tertinggal di pakaian saat kau memeluku. Aku katakan padamu, kalaupun kau akan pergi dan tidak ingin meyakinkanku suatu hari kau akan pulang, biarlah sang waktu yang memberikan jawabnya, yang pasti kau tidak usah khawatir kalau suatu saat kau ingin pulang aku akan ada disini menunggumu.
Semoga saja Cinta dan sayang yang kumiliki untukmu bisa jadi energy yang cukup untuk menjalani penantian ini.
Rumah kita
30 Juni 2009
Senja bernama Zahra
Senja yang cantik dengan guratan cahaya kuning keemasaan diantara jingga tersapu merah, sesekali cahayanya memutih menyilaukan siapapun yang melihatnya. Kali pertama ku melihat senja kukatakan senja yang terindah untuku, senja berikutnya-pun kukatakan demikian dan seterusnya hingga kusadari sudah Beribu-ribu senja pernah kupuja dan kucinta. Senja kali ini adalah senja yang beda untuku, aku tidak begitu terpesona oleh guratan warna dan cahayanya saja, aku merasakan irama dan aroma harmonis selaras dengan setiap inci imajinasi. Seakan senja itu adalah gambaran penuh dari setiap imajinasi yang awalnya kuanggap hal paling absurd. Aku masih disini, bertahan menunggumu dengan sisa kekuatan yang entah cukup sampai kapan, kau belum juga muncul menghapus awan kelabu dan menghitam itu. Aku khawatir sang waktu berpihak pada kelabu menghitam itu, karna saat memandangnya bukan lagi senyum kagum seperti yang biasanya kuberikan padamu, tapi senyum paling miris dari sekian senyum yang kumiliki. Ironisnya, senyum yang paling miris itu adalah senyum paling jujur yang pernah kumiliki. Aku tulus dengan senyum itu, aku menikmati senyum itu meski entah senja itu tahu atau tidak arti senyumku. Aku disini, ditepian sepi bercengrama dengan sang waktu, menantimu dengan pasti suatu hari kau akan hadir lagi sebagai senja terakhir, hanya untuku.